Senin, 13 September 2021

SERIAL NETFLIX YANG BIKIN MUMET TAPI SERU


 

Bagi penikmat Netflix mungkin tidak asing dengan serial yang satu ini, karena serial ini diluncurkan pada tahun 2017. Saya ketinggalan 4 tahun, dan baru dua hari ini selesai nonton ketiga seasonnya. Yang pertama membuat saya tertarik untuk nonton series ini adalah karena ceritanya yang mengusung time travel, lubang waktu, time traveller, ya semacam itu lah. Menurut saya tema cerita tersebut sangat menarik tetapi cukup tricky, karena kalau ngga pintar - pintar dalam pengemasannya maka akan terasa biasa aja. 

Series ini terbagi menjadi 3 season. Jujur saja saya sebenarnya tidak terlalu suka dengan series yang episodenya banyak atau sampai berseason - season, karena seringkali di episode - episode akhir jadi merubah jalan cerita, ngelantur kemana - mana apalagi kalau ratingnya bagus, dan endingnya kerap dipaksakan.  Untuk DARK ini, saya cukup tertarik, selain karena ceritanya yang mengenai time loops, saya juga tertarik dengan setting lokasinya yang berada di sebuah kota kecil di Jerman bernama Winden, Jerman. Walaupun kemudian saya mengetahui ternyata Winden adalah lokasi fiktif, tetapi saat nonton, saya begitu percaya bahwa itu adalah kota yang nyata. 

Saya sebagai penikmat film, serial, atau apapun itu namanya, yang menilai dari episode pertama.Kalau di episode pertamanya sudah bisa bikin saya tertarik, bisa bikin saya bertahan nonton sampai lanjut ke episode 2, bisa dibilang berarti saya suka sama film tersebut. 70% akan saya selesaikan nonton sampai tamat, tidak peduli kalau-pun di tengah - tengah nanti ceritanya ngawur. Pokoknya di awalnya sudah bisa bikin saya suka, ya akan saya lanjutkan. beda ceritanya kalau di episode pertama saya tidak tertarik, bosan, ya kemungkinan tidak akan say lanjutkan. Kemungkinan sih saya akan coba sampai 2-3 episode, kalau masih tidak menarik juga, maka akan saya stop. Tidak peduli berapa banyak orang yang merekomendasikan, tidak peduli berapa tinggi ratingnya atau berapa banyak artis terkenal yang jadi pemainnya. 

Untuk serial yang satu ini, dia berhasil membuat saya tertarik bahkan saat episode 1 baru dimulai, dengan latar setting kota Winden yang spooky dan misterius, kemudian dilanjutkan dengan adegan pertama yaitu 'bunuh diri'. Kaget kan? Iya, bunuh diri. Tanpa sensor. Agak ganggu sih sebenarnya melihat adegan orang mencabut nyawanya sendiri, tetapi itulah sebenarnya inti dimana semua masalah berasal. 

Dari  ketiga season DARK ini, favorit saya adalah season 1, dimana semuanya berawal. Dimana semuanya masih penuh misteri,  belum terlihat jelas kemana arahnya. Sungguh serial yang bikin penasaran, didukung dengan kuatnya karakter para pemain, dan latar kota yang mendukung, selalu tampak suram dan sepi, dikelilingi dengan hutan lebat dan hampir setiap hari turun hujan. Di season 1 ini, masalah dimulai saat seorang anak bernama Mikkel Nielsen menghilang secara tiba - tiba di sebuah hutan.  Sebelumnya telah ada satu orang remaja juga yang menghilang yaitu Erik Obendorf. Hilangnya Mikkel dan Erik secara misterius tanpa ada jejak sedikitpun, membuat penduduk Winden diliputi ketakutan dan rasa penasaran. Kemanakah dua orang ini menghilang? Lokasi menghilangnya dua anak ini berada di sebuah hutan yang didalamnya terdapat sebuah goa dan pembangkit tenaga nuklir. Tidak lama setelah menghilangnya Mikkel, dilakukanlah pencarian besar - besaran di dalam hutan, karena Mikkel adalah anak dari seorang petugas polisi. Saat pencarian tersebut, polisi menemukan sebuah mayat anak laki - laki. Setelah dilakukan identifikasi, diketahui bahwa mayat tersebut seolah - olah baru saja meninggal tetapi pakaian dan aksesoris yang dipakai anak tersebut berasal dari tahun 80an. Kemudian diketahui bahwa anak tersebut ternyata adalah ...


Season kedua, saya mulai bingung,  mulai mencet tombol pause, dan rewind ke beberapa menit ke belakang supaya paham hahahah. Otak saya yang lamban ini mulai gelagapan saat cerita mulai beralih ke "time loops" lainnya. Beralih ke "zaman lain". Iya, di season kedua ini penonton disajikan alur cerita yang mulai bersetting di "waktu" yang lain, yaitu flashback ke tahun 1986, 1953, dan tahun 1920-an. Yang membingungkan adalah alur cerita dibuat maju dan mundur. Satu adegan bisa bersetting tahun 2019, lalu pindah ke tahun 1986, kemudian maju lagi ke tahun 2019, lalu mundur ke 1953, dan seterusnya seperti itu. Kalau kita kehilangan fokus saat menonton, saya jamin ngga akan ngerti. Hal itulah yang membuat saya berulang kali mencet tombol pause & replay. Bahkan sesimple balas chat, membuat kita kehilangan cerita. Jadi saat nonton serial ini saya sarankan banget untuk fokus yaa sodara - sodara. Siapin cemilan, minuman, dan kondisi pikiran sebaiknya relax. Pastikan juga kalian memang sedang mood untuk nonton bukan sekedar isi waktu senggang, atau iseng - iseng. 

Ok, next,season 3. Kalau season 2 saya mulai bingung, nah, di season 3 ini saya sudah kehilangan arah dan tujuan dalam menonton DARK ini hahhaah. Ini mau dilanjutin apa stop aja yaaa? Mood mulai hilang. Padahalsaya ngga binge-watching juga nontonnya. Mental saya mulai melemah. Kemampuan otak saya dalam berpikir pun semakin saya pertanyakan wkwkwk. Percayalah, season2 yang bikin bingung itu ngga ada apa - apanya dibanding season 3. Kenapa? Karena satu karakter diperankan oleh setidaknya tiga orang yang berbeda, karena menceritakan kejadian di waktu dan zaman yang berbeda. Itu yang pertama. Yang kedua, karakter - karakter yang berbeda ini seneng banget lompat - lompat waktu dan zaman yang berbeda tersebut, waktu dan zaman yang ngga seharusnya dia berada. Bahkan bisa dalam satu adegan muncul ketiga karakter sekaligus. Nah kan, gimana otak saya yang ala kadarnya ini ngga ngambek wkwkwk. Hidup udah berat, nonton ini jadi terasa makin berat. 

Nah, sealain kebingungan dalam mencerna karakter yang banyak banget itu, dan zaman yang berpindah2. Saya juga bingung mengenai asal usul mereka sebenarnya. Si A ternyata anak dari si B dan si C. Si A ternyata ibu dari si B. Si C ternyata bapak dari si D, daaaan.. terus begitu ngga ada ujungnya. Semua penduduk Winden yang ada di dalam cerita ini memiliki hubungan, yang pada satu titik terasa sangat tidak mungkin. Di season 3 ini juga kebingungan makin menjadi - jadi saat kita disajikan zaman yang berbeda lagi. Pada akhirnya, di season 3 ini semua pertanyaan terjawab (walau ngga semua sih menurut saya). Terjawab sudah inti masalah dari 3 season di serial ini,  bahwa ternyata.... (SPOILER ALERT).... dunia asli yang beneran asli adalah yang berada di ujung episode terakhir season 3. 

Sedangkan episode yang kita tonton dari awal, yang ada Jonas, Martha dll, mereka semua adalah dunia paralel yang tercipta secara tidak sengaja karena ulah Tannhaus di tahun1986 saat menciptakan mesin waktu, yang membuat dua dunia paralel  tercipta. Yang pertama adalah dunia Jonas, yang ayahnya bunuh diri, yang Mikkel hilang, yang kita saksikan episodenya dari awal season 1. Itu adalah dunia paralel.  Lalu dunia paralel selanjutnya, dunia tanpa Jonas. Dunia dimana Martha pakai jaket kuning dan pacaran dengan Killian. Udah segitu aja spoilernya. Sisanya silakan nonton sendiri yaaa.. :D


Last but not least.  My personal thought..

Apakah ceritanya membingungkan? Iya. Jelas. Dari semua review yang saya baca, ngga ada yang ngga bingung. Apakah ceritanya menarik? Iya banget. Buat penyuka cerita misteri, serial detektif, apalagi bersetting kota kecil, pasti suka. 

Seru ngga?  Iya. Seru. Saya sih suka banget. Ceritanya ngga biasa. Akting pemainnya keren. Setting tempatnya juga bagus. 

Lalu, apakah recommended? Iya. Tapi sekali lagi hanya untuk yang siap mikir berat. Buat yang suka cerita out of the box (in a good terms ya). Kalau yang sukanya cerita - cerita picisan sih saya ngga yakin akan menikmati nonton ini. Karena selain butuh mikir, juga butuh komitmen untuk terus nyelesaiin sampai season 3. 

The question is not where, but when

So, happy watching!


Minggu, 29 Maret 2015

Review Film "The Shawshank Redemption"


Saat saya memutuskan untuk menonton film ini, jujur saja sebenarnya saya belum pernah mendengar sama sekali tentang film ini sebelumnya, termasuk judul filmnya, The Shawshank Redemption. Apa itu The Shawshank Redemption ? Film apa itu ? Kan males juga kalau harus merasa di-php-in di awal dengan iming-iming rating film yang tinggi banget, tetapi pas ditonton ternyata isinya standar.
Karena saya tipe penikmat film yang kalau suka sama suatu film, kalau habis nonton film itu, saya harus bisa kepikiran film tersebut selama beberapa waktu, itu berarti saya suka. Kalau habis nonton terus langsung lupa apa yang baru ditonton, yaa bisa dibilang berarti saya ga suka sama film tersebut. 

Kembali ke The Shawshank Redemption. Awal nonton film ini semuanya berawal dari rasa iseng saya untuk menemukan film yang bagus -menurut versi saya pribadi tentunya- untuk saya tonton disaat waktu luang. Saya awali dengan ngubek-ngubek si mbah yang serba tahu, Mbah Google. Film yang berisi. Yang bagus bukan hanya karena rating tinggi tetapi ternyata ceritanya dangkal dan segera terlupakan begitu selesai nonton filmnya. Saya ingin film yang benar-benar berisi dari segi kualitas cerita. Iya, saya suka banget sama film yang mengutamakan isi ceritanya. 

Akhirnya pencarian saya itu  mendarat di daftar film-film dengan rating paling bagus versi ImDb, dan The Shawshank Redemption ini pun berada pada puncak daftar tersebut, dengan rating tidak tangggung-tanggung, 9,3! Nggak main-main kan? 9,3! Sebagus apa sih film ini ? Jadi kepo juga deh saya..

Setelah ulik-ulik sedikit mengenai inti cerita dari film ini, akhirnya saya pun memutuskan, kayaknya boleh juga nih, oke akan saya tonton. Masa iya dengan rating segitu terus film ini isinya cuma tentang cerita picisan yang dicampur sedikit unsur komedi (seperti layaknya film Hollywood pada umumnya). Akhirnya penilaian saya,  rating film ini yang sampai 9,3 memang tidak salah. Film ini benar-benar sesuatu. Tanpa banyak embel-embel ina ini, ina inu, film ini berhasil menyampaikan pesannya dengan sangat sempurna lewat akting para pemainnya yang sangat mumpuni, Tim Robins sebagai Andy Dufresne, sang pemeran utama dan juga Morgan Freeman sebagai Ellis Boyd Redding alias Red. Semuanya terasa begitu nyata, bahkan latar waktu dan tempatnya pun pas!

Sampai di pertengahan film ini saya berpikir apakah  hidup menjadi seorang narapidana benar seperti itu? Apakah mereka semua yang berada di dalam penjara dihukum atas kesalahan yang benar- benar mereka perbuat? Apakah benar tidak ada kesalahan saat hakim menjatuhkan vonis? Sebanyak apakah orang tidak bersalah yang harus menjadi tumbal proses yang katanya mencari keadilan, menghabiskan waktunya bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, bahkan mengorbankan nyawa mereka atas tuduhan kejahatan yang sebenarnya tidak mereka lakukan? Lalu apakah masalah akan selesai hanya sampai disitu saja? Hanya sampai pada hidup yang berakhir di dalam sel penjara ? Jawabannya, tidak.

Setelah mereka selesai menjalani masa tahanan, apakah yang akan mereka lakukan, dan mereka hadapi di dunia luar sana? Tua. Seorang diri. Tanpa keluarga. Tanpa sanak famili. Tanpa tahu kemana kaki ini akan melangkah. Mampukah mereka? Karena sudah begitu lamanya waktu yang dihabiskan di dalam penjara, yang mungkin lebih lama dibandingkan dengan masa hidupnya sebelum masuk penjara. Saat penjara -secara mereka sadari maupun tidak- terasa begitu aman, nyaman , bagaikan rumah yang hangat, sementara berada diluar sana bagaikan berada di tempat asing yang baru pertama kali dikunjungi.

Mungkin pemikiran saya ini terlalu berlebihan bagi orang yang hanya sekedar menonton film, atau menikmati film hanya sebagai sarana melepaskan stress, atau mengalihkan pikiran sejenak dari rutinitas kehidupan di dunia nyata yang tidak begitu mengenakkan. Tapi saya selalu menyukai film-film yang bisa membuat saya berpikir. Yang bisa membuat saya bisa lebih mengerti, memaknai dan mungkin juga bisa membuat saya belajar mengenai hidup dan kehidupan. Atau paling tidak, bisa membuat saya merasakan, melihat, atau paling tidak membayangkan hal-hal yang mungkin tidak akan saya temui kalau saya tidak menonton film-film tersebut, dan The Shawshank Redemption ini adalah salah satu dari film-film tersebut. Tidak terlalu berat memang jika dibandingkan dengan film semacam The Godfather atau sejenisnya, tetapi saya suka dengan cara sang sutradara mengemas karakter-karakter pemerannya dengan begitu apik. Tidak banyak huru-hara kalau mengingat bahwa film ini berlatar kehidupan didalam penjara.

Bagi anda para penikmat film dengan cerita yang berbau kehidupan di penjara, persahabatan, harapan, kehidupan, keadilan, dan moralitas, saya sangat menyarankan untuk menonton The Shawshank Redemption ini. Dijamin tidak menyesal. Akting Tim Robins yang begitu tenang yang justru seakan tanpa ekspresi, dan iringan narasi dengan suara Morgan Freeman yang khas akan menemani anda di sepanjang film ini akan membuat anda merasa... nyaman. Kalau boleh saya bilang begitu. Pada akhir cerita, anda baru akan menyadari apa sebenarnya arti atau makna dibalik judul The Shawshank Redemption ini. So, happy watching